Senin, 16 Mei 2011

Shaking Hands


Ini sebuah cerita tentang seorang Ketua OSIS yang ingin memberikan kenangan yang terindah di akhir masa jabatannya. Diceritaken (gaya OVJ) saat peringatan Maulid Nabi sudah dekat, diadakanlah berbagai lomba untuk memperingati hari besar tersebut. Setiap kelas diwajibkan mengikuti semua perlombaan yang diadakan. Nah, di kelas Sang Ketua OSIS tersebut, ada satu lomba yang belum ada pesertanya. Lomba tersebut adalah lomba puisi dengan tema Maulid Nabi.
Sang Ketos memang terkenal suka membuat puisi. Namun puisi-puisinya biasanya bertemakan cinta. Ini tantangan baru untuk Sang Ketos. Awalnya Sang Ketos menolak untuk mengikuti lomba tersebut, namun karena dipaksa, akhirnya ia ikut serta dalam lomba tersebut.
Mulailah ia mencari inspirasi untuk mengolah sebuah puisi. Ia agak sedikit kesulitan karena ini pertama kalinya ia membuat puisi dengan tema tersebut. Setelah lomba tersebut semakin dekat, akhirnya Sang Ketos pun mempunyai ide yang ia anggap brilian. Terbentuklah sebuah puisi yang ia pikir akan mengejutkan setiap orang. Ia membuat sebuah puisi yang judulnya mengandung kata yang romantis. Ia memang membuat judul yang sedikit romantis untuk menggoda wanita pujaannya.
Niat Sang Ketos ini sebenarnya tidak baik, puisi yang seharusnya untuk Nabi malah dibuat untuk menggoda gadis pujaan. Tapi tetaplah ia menjalankan niat tersebut. Sampailah pada hari perlombaan, setelah tiba giliran Sang Ketos, maka ia tiba maju dengan pastinya. Ia pun membacakan judul puisi tersebut, “Kaulah Cinta Sejatiku”. Para penonton pun dibuat terpukau dengan judul puisinya. Setelah judul dibacakan, ia membaca lanjutan puisi tersebut. Ia kemudian heran, mengapa para penonton menahan tawa. Isi puisinya memang romantis, namun ia baru sadar, demam panggung menyerangnya! Wajahnya memucat dan tangannya yang memegang kertas puisi tersebut bergetar.
Ia sangat malu, namun apa mau dikata, ia harus menyelesaikan puisi tersebut. Dilihatnya wajah gadis pujaannya, sang gadis menahan tawa. Dilihatnya para juri, juri pun ada yang tertawa. Betapa hancurnya hari itu bagi Sang Ketos. Rasanya ia ingin berganti muka dengan Ricardo Kaka dan pergi jauh dari tempat tinggalnya. Setelah selesai, ia pun pergi keluar ruangan dengan penuh rasa malu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar