Dikarenakan oleh hal itu, keke lebih memilih untuk cepat-cepat menyelesaikan sekolahnya dan hidup mandiri secepatnya dengan cara menjadi orang yang sangat pintar. Daripada dia harus mengorbankan perasaannya tidak bisa ikut ekstrakurikuler sehabis sekolah bersama temannya, tidak bisa pergi ke suatu tempat acak tanpa memikirkan kapan harus pulang, atau melihat orang yang ditaksir di sekolah pergi bersama kekasihnya. Keke tidak punya kekuatan sama sekali untuk berani mengambil langkah baru ataupun membuat sebuah keputusan besar untuk perkembangan hidupnya.
Keke akhirnya hidup dalam kondisi yang lambat berkembang baik secara fisik maupun mental. Fisiknya tak seenergik dan perkembangan fisiknya tak sedrastis teman-teman sekolahnya. Bagaimana dengan mental? Jangan ditanya, karena keke terbiasa hidup dengan larangan ini dan itu, akhirnya ia sendiri hingga dewasa tidak punya komitmen ataupun keberanian untuk membuat sebuah keputusan.
Walaupun keke juga belum mengerti, apakah ada maksud baik dari orang-orang yang mengatur hidup keke, karena keke belum ada di posisi orang-orang itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar