Hari 1 kau
terlihat murung. Hari 2 kau bicara pada A tentang masalahmu, walau aku juga
mendengarnya ketika aku antara sadar dan tidur. Hari 3 kau bicara padaku
tentang masalahmu. Hari 4 aku ingin membantumu. Hari 5 aku mulai bimbang dan
bertanya pada B dan C. B bilang bahwa wajar jika aku membantumu, dan aku bisa
tahu apa kau orang yang bisa menghargai pemberian orang. C bilang agar aku
meluruskan niatku untuk membantumu, karena kamu orang yang bisa dengan mudah
memecahkan masalahmu. C bilang lebih baik aku menolongmu dalam hal lain yang
lebih kecil tapi bisa rutin.
Hari 6 aku
kuatkan niatku untuk membantumu, namun aku sudah mendapat pertanda bahwa
sebaiknya aku mulai membatalkan niatku. Mulai dari tabunganku yang sangat susah
diambil. Kemudian benda yang kucari untuk kuberikan sulit didapat. Akhirnya aku
memilih untuk mencari benda baru namun sederhana karena aku takut jika terlalu
mewah kamu akan menolaknya. Aku membeli dua agar kita bisa sama-sama
memakainya.
Namun ketika aku
bertemu denganmu, ternyata kamu sudah membelinya lebih dulu. Benda itu pun
lebih mewah daripada yang kubeli untukmu. Untungnya aku belum sempat
memberikannya padamu. Seharusnya aku percaya pada temanku, percaya pada
pertanda yang diberikan padaku. Tapi entahlah... egoku lebih besar saat ini. Ketika
aku menyapamu kau terlihat kesal. Aku memang sudah terbiasa melihatmu kesal
padaku, tapi pada hari ini entah mengapa saat kamu kesal padaku, rasanya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar